Publik Inggris rupanya telah dibuat geram karena penetapan harga resmi seragam tim nasional mereka yang akan digunakan pada perhelatan Piala Dunia 2014, pada Juni mendatang di Brasil. Pasalnya, harga dari apparel Nike, selaku produsen jersey Timnas The Three Lions senilai tersebut mencapai harga fantastis, yaitu sekitar 90 poundsterling atau senilai Rp 1,7 Juta yang mereka nilai sungguh kelewatan.
Sampai-sampai Perdana Menteri Inggris, David Cameron pun ikut bersuara atas penjualan dengan harga tersebut. Cameron menilai, produsen Nike sengaja 'memeras' lewat cara memanfaatkan fanatisme pendukung Inggris. Tetapi Nike berkilah, mahalnya harga seragam timnas inggris tersebut karena merujuk pada teknologi terkini yang mereka terapkan di seragam tersebut.
Nike menjelaskan, bahwa tiap kaos terbuat dari bahan daur ulang berupa delapan botol plastik sehingga ramah lingkungan karena memanfaatkan limbah yang di daur ulang. Kaos tersebut juga diklaim mampu meyerap keringat hingga tetap membuat sang pemakai nyaman meski tubuh sedang banyak mengeluarkan keringat.
Karena kontroversi tersebut kini Nike juga menyediakan kaos versi murah senilai 60 pounsterling atau senilai Rp 1,1 juta. Namun, harga tersebut terlanjur jadi geraman masyarakat. Bahkan media Inggris, menuding akan adanya 'eksploitasi' di balik produk kaos Timnas Inggris tersebut.
Yang perlu anda tahu, jersey yang digunakan oleh timnas Inggris tersebut merupakan produk buatan anak Indonesia. Nike dilaporkan telah mempekerjakan sebanyak 171,000 pekerja di 40 pabrik yang ada untuk memenuhi suplai ke pasar besar.
Negara-negara lain termasuk Indonesia, disebutkan menjadi destinasi favorit perusahaan keperluan olahraga tersebut dalam memproduksi kaos dan sejenisnya. Alasannya tentu saja karena murahnya ongkos produksi.
Perusahaan asal Perancis saingan Nike, Ultra Petita, menyebut jika apparel sepak bola seperti kaos timnas biasanya menghabiskan biaya produksi sekitar 14 pondsterling atau sekitar Rp 321.000 per kaos jika diproduksi di Eropa. Bandingkan bila itu diproduksi di negara kita ini, hanya butuh sekitar 4 poundsterling atau sekitar Rp 75.000.
Pegiat LSM anti kemiskinan 'War on Want', Graciela Romero menuturkan, terlihat adanya jurang yang sangat lebar antara upah pekerja pembuat kaos dan apa yang diterima komponen lain dari bisnis olahraga seperti sepakbola. Pria tersebut juga mengatakan, kebanyakan pekerja memilih untuk 'manut' ketimbang protes atas rendahnya upah yang mereka terima karena takut dipecat.
Wayne Rooney saja dibayar sekitar 300 ribu poundsterling (setara Rp 5,6 miliar) per minggu hanya dengan berlari dan menendang bola, sedangkan para pekerja pembuat kaos hanya dibayar Rp 5.642 atau (sekitar 30 penny).
Beberapa waktu lalu surat kabar Inggris, Mirror, juga pernah mewawancarai Aida, seorang pekerja yang menjahit kaos di sebuah pabrik Nike di Indonesia. Aida menyebutkan, upah UMR yang ia terima per bulannya adalah sekitar Rp 2,2 Juta, sungguh tak sebanding dengan beratnya beban kerja yang ia tanggung.